Ciri Wayang Kulit Gaya Yogyakarta, Bentuk dan Ceritanya.

pagelaran wayang
Ciri Wayang Kulit Gaya Yogyakarta, Bentuk dan Ceritanya - Wayang kulit Bila ditilik dari aspek kesejarahan, dengan memperhatikan fakta sejarah seperti artefak tentang wayang kulit akan menemukan banyak kesulitan. Hal ini disebabkan karena wayang berasal dari bahan kulit, yang jelas berbeda dengan bahan batu atau logam dimana bahan kulit tersebut tidak akan tahan lama dan akan hancur ditelan masa. 
Untuk melacak tentang tatahan dari wayang kulit dapat dicermati melalui karya-karya sastra. Diantaranya adalah karya sastra Empu Kanwa yaitu serat Harjuna Wiwaha. Dalam salah satu baris dari bait dalam serat tersebut menyebutkan kata walulang inukir, dalam bahasa jawa menjadi lulang inukir. Lulang adalah kulit dari binatang, sedang inukir adalah sebuah kata yang artinya diukir atau ditatah. 

Ciri wayang kulit tidak dapat dilihat dengan mudah sehingga dalam mengklasifikasi jenisnya perlu dilakukan identifikasi secara mendalam. Berdasarkan pengamatan dan pencermatan serta perbandingan yang dilakukan terhadap wujud atau bentuk wayang kulit, Wayang Kulit Yogyakarta mempunyai ciri khas sebagai berikut:

1. Pada dasarnya wayang kulit Yogyakarta menggambarkan wayang ringgit; bergerak; berjalan, hal ini ditandai dengan tampilan posisi kaki yang melangkah lebar, tertutama pada tokoh wayang jangkahan (gagahan). Pada kaki kiri atau kaki belakang digambarkan posisi telapak kakinya miring atau jinjit. Tampilan yang demikian dianggap lebih gagah, ekspresif dan dinamis.

2. Tampilan bentuk yang tambun, yaitu penggambaran tubuh yang pendek dan kekar (gemuk) yang dinamakan dengan depah. Bagian kepala tampak agak besar. Kaki digambarkan lebih pendek, hal ini berkaitan dengan fungsi wayang dalam pagelaran wayang jika terkena sinar / lampu blencong, kaki tersebut akan tampak memanjang terlihat dari belakang kelir, sehingga akan terlihat lebih proporsional.

3. Tampilan tangan sangat panjang sampai menyentuh kaki. Hal ini berkaitan dengan fungsi wayang dalam pagelaran, saat kegiatan menyembah membutuhkan tangan yang mampu menyentuh hidung tokoh, sehingga dibutuhkan ukuran tangan yang panjang.

4. Jika dicermati tatahannya, dapat diketahui bahwa hampir semua wayang menggunakan unsur tatahan yang dinamakan inten-intenan. 

5. Jika dicermati dari sunggingannya, menggunakan sungging tlacapan yang pada masa lampau disebut dengan sorotan, yaitu unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalikyang lancip-lancip seperti bentuk tumpal pada kain batik. 

6. Pada bagian siten-siten atau lemahan, yaitu bagian diantara kaki depan dan belakang, umumnya diwarnai dengan warna merah. 

Pemilihan warna dalam sungging wayang kulit tidak hanya sekedar memperindah penampilan, tetapi memiliki nilai yang lebih mendalam yang berkaitan dengan masalah simbol atau perlambang. Perlambangan ini berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh wayang. Pemberian warna biasanya pada wajah/muka tokoh.

1. Warna muka:merah,merah muda
Menggambarkan sifat perwatakan yang keras, kurang sabar, mudah emosi (panas-baran), pemberani, angkara.
2. Warna muka: hitam
Menggambarkan sifat perwatakan yang sentausa, bijaksana, langgeng, luhur dan bertanggung jawab.
3. Warna muka: putih
Menggambarkan sifat perwatakan yang bersih dan suci.
4. Warna muka: perana/kuning emas 
Menggambarkan sifat perwatakan yang sedang (sepadho-padho, tepo seliro)
5. Warna muka: biru, hijau 
Menggambarkan sifat perwatakan yang picik, berpikiran sempit, penakut dan tidak bertanggung jawab. 

Dalam cerita wayang banyak pelajaran yang dapat kita petik karena dalam cerita pewayangan mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai inilah yang sebenarnya ingin disampaikan agar kita mempunyai kematangan berpikir, kearifan bertindak dan kedewasaan berperilaku, sehingga sebagai manusia kita mampu menjadi pemimpin di muka bumi ini, sekaligus sebagai mahluk yang berakal sempurna. 
Cerita pewayangan ini juga menggambarkan kebaikan dan keburukan, agar kita bisa memetik pelajaran mengenai hal-hal yang bersifat baik atau buruk.

Wayang Kulit Gaya Yogyakarta, Bentuk dan Ceritanya.

Klik disini untuk melihat artikel menari lainnya

0 Response to "Ciri Wayang Kulit Gaya Yogyakarta, Bentuk dan Ceritanya."

Post a Comment