Ki Narto Sabdo 'Gathutkaca Lahir'

Ki Narto Sabdho
Ki Narto Sabdo 'Gathutkaca Lahir' - Diawali dengan tembang Pesisir sendu Suluk Mantra Manyura, sebagai awal doa kepada Gusti , agar berkenan melimpahkan karunianya kepada kita semua. Lalu, diperdengarkan permainan Gendhing Talu Wayangan, yang bercerita tentang kehidupan kita sebagai manusia di alam dunia, sejak kita belum ada dan masih menjadi mimpi indah orang-tua kita, lalu saat kita hidup sekarang, dan nanti saat kita kembali ke haribaan Sang Penguasa Jagat Raya. Dan kemudian, dimulaiah cerita yang sesungguhnya, tentang kelahiran Sang Gathutkaca.

Lahirnya putera Radyan Bima dari pernikahannya dengan Dewi Arimbi, merupakan suatu peristiwa penting dalam lingkungan kerabat Pandhawa. Dinyatakan penting karena dengan hadirnya jabang bayi itu, hadir pula takdir tentang masa depan yang harus dihadapi para kerabat Pandhawa. Bayi yang sering disebut Jabang Tetuka itu, ternyata tidak bisa dipotong tali pusarnya. Namun, dengan bantuan 'warangka' (rangka, sarung) dari senjata Konta-Wijaya yang dibawa Radyan Arjuna, tali pusar itu akhirnya bisa dipotong. Pada saat peristiwa pemotongan tali pusar itu dilakukan, ternyata warangka senjata Konta-Wijaya itu tiba-tiba lenyap dan masuk ke dalam tubuh Jabang Tetuka. Peristiwa inilah yang kemudian menjadikan titik lemah Jabang Tetuka, yaitu saat sudah dewasa nanti ia sama sekali tidak boleh berhadapan dengan manusia yang memakai senjata Konta-Wijaya.

Senjata Konta-Wijaya itu, semula hendak dianugerahkan Bathara Guru kepada Radyan Arjuna, sebagai tambahan kesaktian, karena para dewa hendak meminta bantuan Radyan Arjuna, supaya melenyapkan seorang raja manusia setengah raksasa yang menyerang Kahyangan, kerajaan dewa-dewa, yaitu Prabu Kala Precona dan patihnya yang bernama Kala Sekipu; dari Kerajaan Kiskenda-Pura. Senjata Konta-Wijaya itu dibawa oleh utusan Bathara Guru, yaitu Bathara Narada. Senjata Konta-Wijaya itu ternyata diberikan kepada orang yang salah, yaitu kepada Adipati Karna, dan bukannya kepada Radyan Arjuna.

Kesalahan itu disebabkan perawakan tubuh dan wajah Adipati Karna dan Radyan Arjuna memang amat sangat mirip. Kemiripan itu, disebabkan keduanya sebenarnya kakak-adik satu ibu lain ayah. Selain itu, saat hendak menganugerahkan sejata Konta-Wijaya, Bathara Surya (sebenarnya merupakan ayah Adipati Karna) secara sengaja membuat angkasa menjadi gelap gulita dengan menghalangi matahari. Akibatnya Bathara Narada menjadi kesulitan melihat dan mengira ia berhadapan dengan Radyan Arjuna.

Beberapa saat setelah peristiwa itu, Bathara Narada baru bertemu Radyan Arjuna dan baru menyadari telah terjadi kesalahan. Atas petunjuk Bathara Narada, Radyan Arjuna diminta untuk merebut senjata Konta-Wijaya. Terjadilah pertempuran antara Radyan Arjuna dan Adipati Karna. Radyan Arjuna tidak berhasil merebut senjata Konta-Wijaya, tetapi hanya berhasil merebut 'warangka'-nya (sarung pelindung senjata), yang akhirnya bisa dipakai untuk memotong tali pusar Jabang Tetuka.

Jabang Tetuka, atas kehendak para dewa, dimasukkan ke dalam 'laboratorium' milik para dewa di Kawah Candra-Dimuka. Di sana Tetuka 'dibentuk' seketika menjadi seorang ksatria dewasa, serta dilengkapi dengan dengan berbagai kesaktian, senjata, dan pelindung diri. Ia memperoleh sebuah baju berbentuk kutang sakti, yang disebut 'Kotang Antra-Kusuma', kelengkapan ini bisa membuatnya terbang secepat kilat. Ia juga mendapatkan sebuah pelindung kepala yang disebut 'Caping Basunanda' (helm pelindung kepala), yang membuat dirinya menghindari panas dan hujan (bisa menghindari gangguan cuaca). Ia juga mendapat sebuah 'trompah' (sepatu pelindung kaki) 'Pada Kacerma', yang membuat dirinya bisa membuat tanah beracun yang diinjaknya menjadi tawar. Tetuka kemudian diberi nama julukan Gathutkaca oleh Bathara Guru. Oleh Bathara Narada ia diberi julukan Purbaya. Oleh ayahnya ia diberi nama Arimbatmaja (artinya anak Arimbi). Sedangkan Prabu Kresna memberikan nama Bambang Guritna.

Gathutkaca
Saat pertama kali Gathutkaca membunuh musuhnya, ia ternyata melakukannya dengan cara menggigit sampai mati. Ini merupakan salah satu sifat bawaan yang diturunkan dari ibundanya Dewi Arimbi, yang semula merupakan seorang raksasa wanita. Radyan Gathutkaca, karena masih berketurunan raksasa (dari ibundanya), maka ia mempunyai taring. Karena itu, atas petunjuk Prabu Kresna, Gathutkaca diminta jangan terlampau sering tertawa, supaya taringnya tidak terlihat orang lain.


Ki Narto Sabdho dengan alur ceritanya yang luar biasa, menampilkan cerita 'kejadian' Gathutkaca yang amat sangat terkenal; diiringi grup kesenian Condong Raos. Kepada seluruh sahabat kinasih penggemar pagelaran wayang kulit purwa klasik dan tradisional, semoga mendapatkan pelajaran kehidupan yang berharga.




Klik disini untuk melihat artikel menarik lainnya.

0 Response to "Ki Narto Sabdo 'Gathutkaca Lahir'"

Post a Comment