Gendhing Talu Sebagai Gambaran Refleksi Kehidupan Kita

Pengingat kehidupan kita-dari semula belum ada dan memang tak ada, lalu kita ada, lahir di dunia di alam janaloka ini, lalu menjadi dewasa, lalu kita kembali tiada; kembali ke haribaan Sang Pencipta Alam Semesta.
 Begitulah jantera kehidupan manusia di alam dunia ini. Dari tak ada, lalu ada, lalu kembali tak ada. Dimainkan dalam setengah jam, dalam suatu rangkaian Gendhing Telu Wayangan.
Gendhing Talu, merupakan suatu rangkaian gendhing yang lazimnya dimainkan sesaat sebelum pagelaran wayang kulit purwa dimulai. Lama permainan Gendhing Talu, biasanya berkisar sekitar duapuluh menit sampai sekitar satu jam.
 Gendhing Talu, pada dasarnya menceritakan tentang kehidupan manusia, sejak ia belum ada, sampai ia tidak ada. Rangkaian permainan Gendhing Talu, melambangkan seluruh kehidupan manusia, sejak manusia masih dalam bentuk impian dan jauh sebelum lahir, sampai manusia kembali ke haribaan Sang Panguasa Jagat Raya.
 Sedangkan pagelaran wayang yang dimainkan semalam suntuk, sebenarnya hanyalah sepenggal yang amat sangat kecil, dari seluruh kehidupan manusia. Karenanya, memahami dan mendengarkan permainan rangkaian Gendhing Talu, sama dengan mencoba memahami bagaimana kita sebagai manusia hidup sebelum, selama di alam janaloka, dan sesudahnya. Juga berisi pemahaman tentang hubungan kita dengan orang tua kita (ayah dan ibu), serta hubungan kita dengan Sang Penguasa Jagat Raya.

Klik disini untuk melihat artikel menarik lainnya


1 Response to "Gendhing Talu Sebagai Gambaran Refleksi Kehidupan Kita"

  1. Gendhingnya yaitu Gdh. Cucurbawuk - Pareanom, Ldr. Srikaton, Ktw. Sukmailang, Ayak2 an, Srepeg terus Sampak.




    ReplyDelete